Hartadinata Produksi Emas Batangan Resmi untuk BSI Gold
Hartadinata Abadi resmi produksi emas BSI Gold dan targetkan pendapatan Rp 27 triliun tahun ini lewat kerja sama strategis dengan BSI dan Gadai Cahaya.

INFOBRAND.ID, Jakarta - PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) resmi menjadi produsen emas batangan untuk BSI Gold, hasil kerja sama strategis dengan PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) dan anak usahanya, PT Gadai Cahaya Dana Abadi. Perjanjian kemitraan ini ditandatangani pada 3 Juli 2025, menandai langkah penting dalam ekspansi bisnis logam mulia syariah di Indonesia.
Corporate Secretary Hartadinata, Ong Deny, menyampaikan bahwa kerja sama ini mencakup dua hal utama, yakni penyediaan emas batangan merek BSI Gold dan layanan penitipan emas (vaulting). Ragam gramasi yang ditawarkan sangat beragam, mulai dari 1 gram hingga 1.000 gram.
Baca juga:
- Keripik Woh Tembus 11 Negara Berkat Dukungan Kemendag
- Jakarta Fair Jadi Ladang Rezeki Bagi Pelaku Jastip
Dalam kemitraan ini, Hartadinata bertindak sebagai produsen atau penjual emas batangan BSI Gold, BSI sebagai pihak pembeli, dan Gadai Cahaya sebagai penyedia layanan vaulting. Ong menjelaskan, “Tujuan dari kerja sama ini adalah untuk mendukung dan mengembangkan kegiatan usaha masing-masing pihak,” ujarnya dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Senin, 7 Juli 2025.
Ong menambahkan bahwa kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik produk emas di mata konsumen. Selain itu, kolaborasi ini diharapkan mampu memperkuat posisi Hartadinata di pasar logam mulia nasional. “Serta mendorong peningkatan kinerja operasional,” tambahnya.
Sebelumnya, Hartadinata mengakui bahwa tren penurunan daya beli masyarakat memengaruhi penjualan produk emas mereka. Dalam keterbukaan informasi pada 17 Juni 2025, perusahaan menyatakan tengah mengantisipasi tantangan tersebut dengan menghadirkan produk yang lebih terjangkau bagi konsumen.
Direktur Utama Hartadinata Abadi, Sandra Sunanto, mengungkapkan bahwa perusahaan merespons kondisi pasar dengan menyediakan emas batangan dalam gramasi kecil. “Penurunan daya beli masyarakat sebetulnya berdampak terhadap berapa besar gramasi yang bisa affordable dari sisi perhiasan maupun emas batangan. Penurunan daya beli ini dampak yang lebih berasa adalah demand terhadap jewelry atau perhiasan,” jelasnya.
Meskipun permintaan perhiasan mengalami penurunan, Sandra menegaskan bahwa permintaan produk emas batangan justru meningkat sejak masa pandemi hingga saat ini. Sepanjang tahun 2025, kontribusi pendapatan Hartadinata berasal 80 persen dari emas batangan, sedangkan perhiasan hanya menyumbang 20 persen.
Sandra menambahkan, perusahaan tetap berkomitmen untuk menyesuaikan penawaran produk sesuai kemampuan beli masyarakat. “Kami secara proaktif berusaha memenuhi permintaan masyarakat sesuai sebetulnya dengan market size atau daya beli masyarakat yang dimiliki masyarakat saat ini,” ujarnya.
Untuk mendukung pengembangan bisnis, Hartadinata mengalokasikan anggaran modal sebesar Rp 150 miliar pada tahun ini. Dana tersebut akan digunakan untuk proses integrasi pabrik, termasuk pembangunan gedung baru dan pembelian mesin produksi.
Di sisi finansial, perusahaan menargetkan pertumbuhan pendapatan hingga 47 persen, atau mencapai Rp 27 triliun. Dari proyeksi tersebut, Hartadinata berharap dapat membukukan laba bersih sebesar Rp 600 miliar, meningkat 35 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Baca juga:
- ASICS Luncurkan Hijab Sporty: Dukung Perempuan Aktif
- Vivi Zubedi Tempuh Jalur Hukum Hadapi Produk Palsu
Melalui kerja sama ini, Hartadinata tidak hanya memperluas saluran distribusi produk emas, namun juga mengukuhkan posisinya sebagai pemain utama dalam industri logam mulia nasional, khususnya segmen pasar berbasis syariah.