Produksi BYD Alami Penurunan Pertama Sejak 2020
Posted by: Zeinal Wujud | 02-09-2025 13:42 WIB | 303 views
Produksi BYD turun dua bulan berturut-turut, penjualan melemah di Tiongkok, target tahunan terancam meleset, saham anjlok.

INFOBRAND.ID, Jakarta - Produksi mobil listrik BYD mengalami penurunan untuk dua bulan berturut-turut pada Agustus lalu, menandai kontraksi bulanan pertama sejak 2020. Kondisi ini menjadi sinyal bahwa raksasa otomotif asal Tiongkok tersebut mulai menahan laju ekspansi masif yang selama bertahun-tahun menjadi strategi utamanya.
Baca juga:
Menurut laporan bulanan yang disampaikan kepada Bursa Efek Hong Kong pada Senin (1/9), BYD memproduksi 353.090 unit kendaraan listrik dan hibrida plug-in (PHEV) secara global pada Agustus. Angka tersebut turun 3,78 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini melanjutkan tren dari Juli yang juga mencatat kontraksi sebesar 0,9 persen. Terakhir kali BYD mengalami penurunan produksi selama dua bulan berturut-turut terjadi pada Juni dan Juli 2020.
Reuters sebelumnya melaporkan bahwa BYD—yang dikenal sebagai pesaing terbesar Tesla di Tiongkok—mulai memperlambat laju produksinya dengan mengurangi shift di sejumlah pabrik serta menunda rencana penambahan lini produksi baru.
Dari sisi penjualan, kinerja di pasar domestik juga menurun signifikan. Penjualan BYD di Tiongkok tercatat turun 14,3 persen secara tahunan menjadi 292.813 unit. Ini merupakan penurunan keempat dalam empat bulan berturut-turut. Meski demikian, penjualan global BYD masih menunjukkan sedikit pertumbuhan, dengan kontribusi positif terutama dari pasar Eropa. Namun, Tiongkok tetap menjadi pasar terbesar bagi BYD dengan porsi hampir 80 persen dari total penjualan.
Hingga delapan bulan pertama tahun ini, BYD baru merealisasikan 52,1 persen dari target penjualan tahunan sebesar 5,5 juta unit. Sejumlah analis memperkirakan target tersebut sulit dicapai. Analis dari China Merchants Bank International, misalnya, memangkas proyeksi penjualan BYD sebesar 5 persen menjadi 4,9 juta unit. Mereka beralasan bahwa perusahaan "telah menjadi lebih berhati-hati dengan inventarisnya".
Penurunan produksi dan penjualan ini juga terjadi tidak lama setelah BYD melaporkan kinerja laba kuartalan yang menurun untuk pertama kalinya dalam tiga setengah tahun. Hal ini memperlihatkan bagaimana tekanan kompetitif di industri kendaraan listrik semakin terasa, terutama di tengah persaingan harga dan ekspansi global yang agresif.
Baca juga:
- Wuling Tegaskan Komitmen Bisnis Jangka Panjang di Indonesia
- Aletra Mulai Rakit MPV Listrik Setir Kanan di Indonesia
Dampak dari laporan terbaru tersebut pun langsung dirasakan di pasar modal. Saham BYD anjlok tajam pada perdagangan Senin, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap prospek pertumbuhan perusahaan ke depan.