Aluminium Kena Tarif Trump, Inalum Dorong Pasar Domestik
Posted by: Zeinal Wujud | 18-07-2025 11:20 WIB | 560 views
Inalum dorong pemerintah perkuat pasar domestik aluminium usai rencana Trump naikkan tarif impor hingga 50 persen.

INFOBRAND.ID, Jakarta - PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) menyampaikan kekhawatiran atas dampak kebijakan tarif baru yang direncanakan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap industri aluminium nasional. Direktur Utama Inalum, Melati Sarnita, meminta pemerintah untuk meninjau ulang regulasi importasi guna memperkuat serapan produk aluminium di dalam negeri. Hal ini penting mengingat potensi berkurangnya ekspor aluminium olahan ke Amerika Serikat mencapai sekitar 30 ribu ton.
Kebijakan tersebut diumumkan Trump pada 30 Mei 2025, di mana tarif impor baja dan aluminium akan dinaikkan dari 25 persen menjadi 50 persen. Seperti dilansir oleh Antara, langkah ini diambil untuk melindungi industri dalam negeri Amerika dari tekanan persaingan global.
Baca juga:
- Talkshow Road To IndoBuildTech Expo 2025: Bedah Konsep Desain Booth dan Inovasi Brand Pemimpin Pasar
- Sabet Dua Kategori Penghargaan Sekaligus, Paloma Dominasi Kategori Shower dan Handle Pintu
Melati menilai, meski tarif tersebut tidak berdampak langsung terhadap penjualan aluminium batangan yang diproduksi Inalum, efeknya akan dirasakan oleh industri hilir baik di pasar domestik maupun mitra dagang internasional.
“Karena selama ini Inalum memproduksi produk semi finished, yang kemudian dibeli industri nasional untuk dibuat jadi produk jadi,” jelasnya dalam rapat kerja dengan Komisi XII DPR, Rabu, 16 Juli 2025.
Sebagai catatan, sebanyak 30 ribu ton produk olahan aluminium yang berbahan baku dari Inalum saat ini diekspor ke pasar Amerika Serikat. Jika pasar tersebut tertutup akibat tarif tinggi, maka pelaku industri nasional akan kehilangan salah satu jalur distribusi utama mereka.
“Jadi harapan kami dengan penggalakan regulasi importasi akan membantu para produsen hilir mendapatkan pasar pengganti di dalam negeri yang sepadan dengan potensi kehilangan akibat penerapan tarif Trump," tambah Melati.
Melati juga mengungkapkan bahwa saat ini lebih dari 50 persen produksi aluminium mentah Inalum masih diekspor, sedangkan penyerapan di dalam negeri baru mencapai sekitar 48 persen. Ketidakseimbangan ini dinilai perlu segera diatasi dengan memperkuat industri dalam negeri dari hulu hingga hilir.
Ia menyebutkan bahwa kebutuhan aluminium diperkirakan akan meningkat drastis dalam beberapa dekade mendatang, didorong oleh tren penggunaan energi terbarukan. Salah satu pemicunya adalah penggunaan panel surya, yang sangat bergantung pada aluminium sebagai komponen utama.
“Ke depannya harus ada rantai pasok aluminium yang lebih bernilai tambah dan terintegrasi," ujarnya.
Baca juga:
- Inovasi Smart Lock Fortress™ Ramaikan Megabuild Indonesia 2025
- Kontribusi Nyata MIND ID Menuju Net Zero: Penanaman Mangrove Capai 126 Ribu Bibit
Langkah strategis untuk memperkuat pasar domestik dinilai sangat penting dalam menjaga keberlanjutan industri aluminium nasional. Dengan memperbaiki regulasi importasi, pemerintah dapat menciptakan iklim usaha yang mendukung pertumbuhan industri hilir sekaligus mengurangi ketergantungan pada pasar ekspor yang rentan terhadap kebijakan eksternal.