48 Perusahaan Terlibat Genosida di Gaza, Danone Tak Masuk Daftar
Posted by: Zeinal Wujud | 10-07-2025 13:32 WIB | 974 views
PBB rilis daftar 48 perusahaan terkait genosida di Gaza. Danone tak masuk daftar, klarifikasi tuduhan dan ajakan boikot yang tidak berdasar.

INFOBRAND.ID, Jakarta - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) baru-baru ini merilis laporan yang mengungkap 48 perusahaan global terlibat dalam agresi militer Israel terhadap Palestina. Menariknya, nama Danone, yang sering muncul dalam kampanye boikot di media sosial Indonesia, tidak termasuk dalam daftar tersebut.
Dalam laporan tersebut, Pelapor Khusus PBB untuk situasi hak asasi manusia di wilayah Palestina, Francesca Albanese, menegaskan bahwa keterlibatan korporasi-korporasi ini sudah melampaui sekadar dukungan terhadap pendudukan.
Baca juga:
- Boikot Produk Pro-Israel “Momentum Kebangkitan Brand Lokal Islami”
- Danone Indonesia Salurkan Donasi Kemanusiaan Rp 1 Miliar
"Perusahaan-perusahaan ini tidak lagi hanya terlibat dalam pendudukan, mereka mungkin terlibat dalam ekonomi genosida," ujarnya dalam kutipan yang dilansir oleh Aljazeera pada Kamis (10/7/2025).
Francesca menyebut bahwa 48 perusahaan dari berbagai sektor—teknologi, militer, konstruksi, energi, finansial, hingga agrikultur—memiliki peran aktif dalam mendukung penjajahan Israel di wilayah Tepi Barat dan Gaza.
Beberapa nama besar yang masuk dalam laporan tersebut antara lain:
- Sektor teknologi: Microsoft, Alphabet Inc. (induk Google), dan Amazon, yang menyediakan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan layanan komputasi awan (cloud) guna mendukung kapasitas pemrosesan data serta sistem pengawasan Israel.
- Sektor agrikultur: Bright Dairy & Food dari Tiongkok, yang merupakan pemegang saham mayoritas Tnuva—perusahaan makanan terbesar di Israel. Perusahaan ini memperoleh keuntungan dari tanah Palestina yang disita secara ilegal.
- Sektor konstruksi: Caterpillar, Rada Electronic Industries milik Leonardo, HD Hyundai dari Korea Selatan, dan Volvo Group dari Swedia. Mereka disebut menyediakan alat berat untuk penghancuran rumah-rumah warga dan pembangunan permukiman ilegal.
- Sektor finansial: BNP Paribas dari Prancis dan Barclays dari Inggris, yang membantu menjaga stabilitas ekonomi Israel di tengah tekanan sanksi dan penurunan peringkat kredit internasional.
Sementara itu, beberapa merek yang populer di Indonesia seperti KFC, Danone, Pizza Hut, Aqua, hingga Unilever tidak tercantum dalam laporan PBB ini. Padahal, nama-nama tersebut kerap disebut dalam daftar boikot yang beredar luas di Indonesia. Fakta ini sekaligus menjadi klarifikasi penting bagi masyarakat.
Tidak ditemukan keterkaitan, baik langsung maupun tidak langsung, antara Danone atau produknya seperti Aqua, dengan dukungan terhadap agresi Israel ke Palestina. Data ini juga sejalan dengan laporan dari Komisioner Tinggi untuk Hak Asasi Manusia PBB (OHCHR), yang tidak mencantumkan Danone dalam daftar perusahaan yang terafiliasi dengan pendudukan Israel.
Hal ini memperkuat pandangan bahwa berbagai ajakan boikot terhadap Danone bersifat tidak berdasar dan berpotensi didorong oleh motif persaingan usaha. Narasi yang menyudutkan perusahaan tanpa bukti konkret justru dapat menimbulkan dampak negatif bagi ekonomi domestik.
Ekonom dari International Islamic University Malaysia, Nurizal Ismail, turut mengingatkan bahwa aksi boikot yang dilandasi oleh persaingan usaha, bukan atas dasar kemanusiaan, bisa merugikan ekonomi nasional.
Senada dengan itu, ekonom dari Mumtaz Foundation juga memperingatkan agar publik lebih cermat dalam memilah informasi. Ia menyatakan bahwa beberapa produk lokal bisa saja menjadi korban fitnah hanya karena memiliki saham asing.
Baca juga:
- Anak Haji Isam Masuk Jagonya Ayam, KFC Jual Saham Rp54,4 M
- Aqua & Kementerian LHK Kembangkan Skema PJL untuk Jaga Ketersediaan Air Berkelanjutan
"Jadi bisa ada penumpang gelap yang bermain. Produk-produk tertentu yang sebenarnya lokal tapi difitnah sebagai terafiliasi dengan Israel padahal tidak," katanya.